![]() |
Sumber: Wallpaper Oppo |
Gemuruh guntur bersahutan. Petir menyambar. Aku masih di sini -di atas kursi roda- memandang ke luar jendela menyaksikan hujan dan menikmati semerbak aroma tanah basah. Hanya hujan, teman dan hidupku. Kanker yang menggerogoti tubuh, rambut yang rontok akibat kemoterapi dan segala kepahitan hidup yang kujalani sejenak terlupakan.
Aku masih terpaku pada hujan sebelum perawat masuk ke dalam kamar dan menarik kursi roda menjauhi jendela.
"Tak baik berada di dekat jendela saat malam, apalagi hujan seperti ini, angin dingin bisa bikin sakit," celotehnya seraya memapahku naik ke atas ranjang.
Aku hafal betul kata-kata yang selalu terucap dari bibir mungilnya itu. Ia juga selalu cerewet menyuruh meminum obat dan menyuntikkan kalimat motivasi. Hampir setahun ia merawatku. Tak dipungkiri, aku ada hati padanya. Bukan karena paras yang cantik tapi lebih pada kepribadiannya dan malam ini aku tidur ditemani hujan dan bayang wajahnya.
***
Tuhan, ampuni bila aku selalu menyuguhkan mimpi di setiap bangun tidurnya. Harus berapa pagi lagi? Aku tidak sanggup. Sungguh!
Ram telah pulas dalam lelap dan lelah yang menyatu. Di sana tergurat sendu dan teduh yang kian berseteru. Lalu tersaji dalam senyum dan sedih yang tak bersekat. Semoga esok tak ada lagi sisi menyedihkan itu.
Ram telah pulas dalam lelap dan lelah yang menyatu. Di sana tergurat sendu dan teduh yang kian berseteru. Lalu tersaji dalam senyum dan sedih yang tak bersekat. Semoga esok tak ada lagi sisi menyedihkan itu.
Aku menghampiri jendela, menghabiskan sisa hujan yang ditatapnya tadi. Jika dia berhasil menghilangkan rasa takutku pada hujan, mengapa aku tak bisa menghilangkan rasa sakit di tubuhnya? Tidak adil! Yang kuberi hanya harapan tanpa kepastian. Sedang dia memastikan dalam hujan ada harapan. Pada setiap tetes pengorbanan dan dalam ikhlasnya jatuh. Melenyapkan kegersangan untuk kehidupan yang lebih baik. Semoga kelak kau juga begitu, Ram.
Pagi datang menjelma. Hujan baru saja reda, meninggalkan satu keanehan. Di manakah sendu, sedih, dan lelah itu? Mengapa hanya senyum keteduhan yang bernaung di sana? Ternyata Tuhan mengabulkan doaku walau hujan harus membawanya pergi.
Makassar-Sijunjung, 29 Juli 2015
Share This :
0 komentar