-->
BLANTERWISDOM101

48

1 Desember 1967.

Bermula di sebuah desa kecil yang terpencil. Saat itu rumah-rumah masih sedikit. Jalanan hanya setapak. Tidak ada transportasi. Akses keluar sangat terbatas. Sisa-sisa perjuangan masih jelas terasa. Lebih dari itu aku tidak tahu.

Seorang ibu dengan beban diperut menahan kesakitan. Engkau mendesak ingin keluar. Sudah waktunya. Darah dan bahagia pecah.

1 Desember 2015.

Senyummu masih teduh walau seribu cobaan berlalu. Wajahmu tetap cerah meski kepahitan silih berganti mendera.  Kerutan di sudut matamu adalah jejak-jejak tawa bahagia. Dan kelopak mata yang semakin sipit telah menjatuhkan duka berkali-kali.

Banyak cerita telah kau lalui. Tersimpan menjadi kenangan di kulitmu yang mulai mengerut.

Ah, bagaimana bisa aku mengucapkan selamat padamu. Pada tubuh yang telah ringkih dan sakit-sakitan kala tidur malam. Pada rambut yang memutih dan menimbulkan gatal di kepalamu. Pada kecemasan panjang yang kau lalui karena aku. Pada beribu nestapa yang kau lewati sebelum, karena, dan demi aku. Pada lelah yang begitu tabah.

Bagaimana mungkin aku tega merayakan usiamu yang menua. Merayakan tenaga yang semakin hari semakin lemah. Merayakan penglihatan yang telah kabur. Merayakan gigi yang mulai tanggal. Merayakan napas yang berkurang.

Maafkan aku, Ibu. Aku tidak bisa membuat hari ini spesial. Sebab setiap hari adalah spesial bila bersamamu. Aku tidak sanggup mengucapkan selamat. Sebab namamu selalu kuucap dalam doa agar selamat dunia akhirat.

Sijunjung, 1 Desember 2015
Share This :
Fika AJ

Blogger, Writer, Translator.

3 komentar

Berikan komentar dan dapatkan kunjungan balik

  1. Mengharu biru 😊😊😊😊

    ReplyDelete
  2. Selamat hari ibu yang setiap harinya adalah berharga bersamamu ^^

    ReplyDelete