-->
BLANTERWISDOM101

Setelah Membaca Ini, Yakin Masih Nggak Mau Menulis?

Sumber: slideshare.net

Kita mengetahui sejarah dan ilmu pengetahuan berkat jasa para penulis. Bayangkan jika hanya diceritakan dari mulut ke mulut saja. Ingatan manusia sangat terbatas, sedang ucapannya melampaui batas. Cerita yang semula begini menjadi begitu. Berita yang awalnya baik berubah jadi buruk. Penyebaran informasi melalui mulut dapat berpotensi mengurangi, menambah, atau bahkan mengubah isi cerita.

Coba ingat-ingat sebuah peristiwa heboh di sekitarmu, pasti ada banyak versi, bukan? Semakin banyak kamu mendengar, semakin rancu yang kamu rasa. Maka menulislah, karena tulisan adalah perkataan yang pasti dan akan tetap sama sepanjang masa. Oleh sebab itu, keasliannya terjaga dengan baik.

Apa yang ditulis sekarang akan dibaca orang-orang di masa depan. Kita mungkin hanya mampu menulis sepanjang hidup saja. Tapi akan dibaca selama dunia masih terbentang, selagi waktu terus berputar.

Ini baru sekelumit asalan dan manfaat tentang pentingnya menulis.

Tiap individu tentu punya alasan berbeda. Katanya menulis adalah pekerjaan keren. Apalagi dengan pesatnya kemajuan teknologi, aktivitas menulis telah berinovasi menjadi lebih mudah dan efisien, bahkan dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Tentu tidak mengherankan kalau berbondong-bondong orang ingin menjadi penulis. Sayangnya kemajuan teknologi tidak sejalan dengan kemajuan pola pikir. Bila hari ini menggebu-gebu, besok sudah loyo dan melambaikan tangan.

Di jaman yang serba instan seperti sekarang, segala sesuatu berputar terlalu cepat. Begitu pula dengan impian-impian. Mari menepi dari persaingan yang kian tidak sehat dan tidak masuk akal ini. Bahwa sesungguhnya kesuksesan masih terletak pada usaha, bukan hasil.

Ada ketika kita harus menunggu lebih lama agar bisa menikmati masakan buatan Chef. Sebaliknya, dalam waktu relatif singkat sebuah makanan dapat tersaji karena dibuat oleh mesin. Kira-kira mana yang lebih mahal harganya? Dan mana yang lebih disukai mayoritas orang?

Kemungkinan besar jawabannya adalah yang dibuat oleh Chef. (Kalau kamu memilih makanan instan pasti karena sudah lapar dan tidak punya cukup uang, atau selera kamu memang payah. :p)
Meski lama dengan harga yang lebih mahal, kita cenderung memilih makanan buatan Chef karena percaya pada kemampuannya yang sudah belasan tahun diasah. Itu berarti kita adalah orang-orang yang sejatinya menghargai sebuah proses. Tapi tidak mau berproses.

Dalam upaya menghargai proses itu, kita harus punya alasan untuk bertahan, yaitu alasan paling kuat.

Berikut alasan-alasan mengapa kita harus menulis.

1. Menulis membuat tubuh lebih sehat

Tak perlu memikirkan yang muluk-muluk terlebih dahulu. Ayo kita mulai dari yang paling sederhana tapi dilupakan banyak orang. Menulis merupakan salah satu terapi bagus untuk kesehatan. Dulu semasa SMA, adalah masa-masa penuh tekanan bagi saya. Tidak ada tempat bercerita karena saya ngekos dan jauh dari keluarga. Daripada memendam dan nanti malah tidak baik, saya memutuskan menuliskannya. Tiap malam menjelang tidur, setelah belajar dan menyelesaikan segala macam PR, saya melepaskan tekanan itu melalui tulisan. Kemudian tidur dengan perasaan lebih lega.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa menulis dapat meningkatan sistem kekebalan tubuh, menurunkan tekanan darah, mengurangi stres, dan memperbaiki mood. Menulis juga mampu melepaskan energi negatif sehingga membuat perasaan lebih bahagia. Menjadikan rohani dan jasmani lebih sehat dibandingkan yang tidak melakukannya. Cukup 20 menit sehari secara rutin dan rasakan sendiri perubahannya.
Dengan alasan sebaik itu apa masih tidak mau menulis? Ingat, kesehatan itu mahal lho.

2. Menulis untuk mengungkapkan perasaaan dan pikiran

Berbeda dari poin pertama yang mengulas kebaikan internal bagi diri sendiri, poin ini membahas tentang dampaknya terhadap hubungan dengan orang lain. Menulis bukan hanya sarana meluapkan kesedihan dan kekecawaan semata. Perasaan bahagia pun sangat boleh ditulis. Akan terpancar energi positif di sana.
Saya adalah tipikal cuek dan sulit dalam menyatakan perasaan. Bahkan tak mampu mengungkapkan betapa sayangnya saya pada ibu. Begitu ekslusifnya perasaan ini. Hingga suatu ketika, saya berani menuliskannya di sini. Tulisan tersebut dibaca kakak dan dia kabarkan pada ibu. Ibu bilang kalau ia ingin membacanya pula. Alhasil, dengan merah-merah malu saya tunjukan tulisan itu. Mata ibu berkaca-kaca. Kenyataan membuktikan bahwa sebuah tulisan mampu menyampaikan apa yang tidak sanggup kita ucapkan.
Begitu pula dengan isi pikiran. Setiap kepala itu unik. Tapi kebanyakan lebih suka bicara daripada mendengar. Di sinilah letak kesempatan baik itu. Akan lebih mudah menyampaikan gagasan lewat tulisan, sebab tidak ada yang bisa memotong. Dan bonus satu lagi. Sewaktu membaca, sadar maupun tidak, orang-orang sedang membiarkan diri menerima hal-hal baru. Apa yang disampaikan akan lebih mudah untuk diterima. Jadi bagimana, sudah siap untuk menulis?

3. Menulis untuk mengingat dan menyebarkan ilmu

"Ilmu itu seperti hewan buruan, maka ikatlah ia (dengan menuliskannya)." - Ali bin Abi Thalib
Setiap hari selalu ada ilmu baru. Tetapi daya ingat yang terbatas tak mampu menampung semua. Lain cerita kalau ditulis, menulis berarti mengingat, sehingga bisa bertahan lebih lama di kepala. Kebiasaan ini telah menjadi sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari ulama-ulama terdahulu. Mereka mengabdikan hidup untuk menulis ribuan buku. Sehingga ilmu tersebut tersebar  dan bisa dipelajari sampai hari ini. Menulis adalah tahap menyempurnakan ilmu.

4. Kalau ingin cerdas, menulislah!

Sebelum memulai menulis, biasanya seseorang akan membaca terlebih dahulu. Ini bertujuan demi menambah pemahaman tentang topik yang ingin dibahas. Artinya, setiap kali menulis, ilmu pengetahuan dan wawasan akan bertambah. Dampaknya jelas baik terhadap otak. Laksana pedang yang semakin sering diasah, semakin tajamlah ia, seperti itu pula otak kita. Otak yang senantiasa bekerja mampu menghambat kepikunan. Jadi, bisa disimpulkan bahwa  menulis adalah pekerjaan kaum intelektual. Kalau mau cerdas, menulislah!

5. Merekam sejarah

Menulis tidak dapat dipisahkan dari sejarah. Setiap tulisan akan  menemui keabadian. Ada sebuah kisah di mana seseorang sangat bangga dan ingin seperti kakeknya. Sosok hebat dengan tulisan berpengaruh di zamannya. Paling tidak, menulislah untuk anak cucu, wariskan cerita hebat agar mereka mengenal seperti apa buyutnya, agar mereka bangga dan mengatakan pada dunia, "begini lho kakek/nenekku dulu!"


6. Mendatangkan rezeki


Menulis buku, blogging, menerbitkan tulisan di media dapat menjadi salah satu sumber rezeki. Tetapi rezeki bukan hanya tentang uang. Mengenal orang-orang baru yang positif termasuk rezeki yang wajib disyukuri. Menulis akan membawamu bertemu dengan orang-orang dibidang yang sama. Gara-gara menulis saya punya banyak teman senusantara. Dari teman-teman itu banyak sekali kebaikan yang saya peroleh.



7. Melawan kejahatan dan mengubah dunia


"Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu tulisan bisa menembus ribuan bahkan jutaan kepala." - Sayyid Quthb
Sebuah tembakan boleh membunuh satu penjahat, tetapi sebuah tulisan sanggup mengubah ribuan penjahat menjadi baik. Jika tidak mampu melawan kejahatan dengan tindakan, lawanlah dengan tulisan. Biar banyak hati tergerak, biar banyak orang bergerak. Siap menjadi pelopor perubahan?


8. Kekal di dunia dan bekal di akhirat

"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian." - Pramoedya Ananta Toer
Di hidup yang singkat tidak banyak hal bisa diperbuat. Memaksimalkan masa pendek untuk jangka panjang merupakan tindakan bijak. Sehebat apapun kita saat ini, jika tidak ada yang mengabadikan dalam tulisan, dunia akan melupakan. Sebermanfaat apapun hidup, bila sudah tiada, apa yang bisa diperbuat?
Setelah meninggal, tulisan-tulisan kita akan kekal di dunia. Apabila tulisan itu mengandung kebaikan, maka bersyukurlah untuk amal yang tidak akan pernah putus.
Beberapa hari lalu ada berita duka di sebuah grup blogger. Saya pun meluncur ke blog Almarhumah. Blognya membahas seputar makanan. Bayangkan bila ada seorang istri memasak berdasarkan resep yang almarhumah tulis, lalu anak dan suaminya merasa senang dengan masakan itu. Istri yang membahagiakan suami bernilai pahala di sisi Allah. Sementara yang menulis akan memperoleh pahala seperti yang mengamalkannya. Begitu besar nilai kebaikan dari menulis. Bagaimana, sudah mantap untuk melakukannya?

Itulah alasan-alasan mengapa manusia harus menulis versi saya. Besar harapan saya semoga setiap sekolah mewajibkan siswanya untuk menulis. Bahkan kalau perlu menteri pendidikan membuat kebijakan ini. Sementara untuk orang-orang dewasa, seharusnya sudah bertindak tanpa perlu disuruh-suruh.


Selamat Menulis!
Share This :
Fika AJ

Blogger, Writer, Translator.

27 komentar

Berikan komentar dan dapatkan kunjungan balik

  1. Gaya bahasa tulisannya suka mbak...
    Menulis utk sbuah keabadian... cakep, mbak ^_^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku pun juga suka tulisan Mbak Rohmah. Selalu cakep. ^_^

      Delete
  2. Kereen kak fika ih,.. Jadi pengen kenal dan belajar langsung sama orangnya,..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masih kerenan Mas Lukman kok. :D
      Ada kali saya yang harus belajar sama Mas PJ.

      Delete
  3. Uni..masih mantab...kangen bw ke.blog uni

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha, makasih udah bw Bu Guru. :D
      Kangen juga sama Bu Guru

      Delete
  4. Tapi sayangnya nggak semua orang bisa "menulis". Ada beberapa temen kalo disuruh cerita lewat tulisan jadi pusing katanya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga kita tidak demikian ya, Mbak.

      Kalau Rani Kecil juga beralasan seperti, mungkin kita tidak akan mengenal sosok Asma Nadia yang sekarang.

      Padahal kan nulis dan bicara itu sama aja, medianya saja yang berbeda.

      Kata orang, "menulislah seperti kamu bicara."

      Delete
  5. Tulisan ini reminder banget. Recharge semangat agar konsisten menulis. Makasi, Uni Vika. Salam kenal.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, semoga senantiasa semangat untuk menulis. Salam kenal Kak Hafidzah.

      Delete
  6. Tulisan ini reminder banget. Recharge semangat agar konsisten menulis. Makasi, Uni Vika. Salam kenal.

    ReplyDelete
  7. Keren tulisannya, mengingatkan sekaligus menyemangati.. Menulis itu bukan perkara bisa tapi perkara mau tau tidak hehe... salam kenal ya :-)

    ReplyDelete