Oleh: Fika AJ
Lembah Idaba, lembah kematian yang ditakuti banyak orang. Aku dalam misi menuju ke sana. Perjalanan ini telah ditempuh selama belasan tahun dan belum juga sampai. Anehnya, jarak tempuh setiap orang berbeda. Ada yang hanya sebentar telah sampai, ada pula yang telah puluhan tahun tak kunjung sampai. Selain itu, harus berjalan sendirian. Kalau pun ada yang berkoloni pasti terpisah. Namun, meski sendiri kita akan berjumpa banyak orang.
Setiap langkah terdapat rintangan. Kadang dihadang makanan lezat, kadang duri yang siap mencabik. Semua telah kulalui. Sebagian orang tetap berjalan, sebagian lain berhenti, dan sebagian lagi hendak lekas sampai. Tak ada yang memutuskan pulang meski sangat ingin, sebab itu adalah kemustahilan.
Beruntung, kali ini aku sampai di jalan mulus dan terang. Setelah sebelumnya hampir tumbang di hutan kegelapan. Kala sebuah panah beracun menembus dada. Deru napas yang sesak terdengar jelas di antara bunyi makhluk rimba. Wajar bila setan-setan langsung mengerumuniku. Penunggu hutan itu sengaja menjadikan aku buruannya. Kejam sekali! Aku berlari, walau lebih tepatnya tertatih. Kalau tidak cepat, pasti mati. Entah bagaimana ceritanya aku berhasil keluar dari hutan. Padahal sudah tersasar berkali-kali. Lagi-lagi aneh, anak panah dan segala rasa sakit ikut musnah.
Ah, lupakan itu. Aku ingin menikmati saat ini. Bunga-bunga bermekaran di tepi jalan. Melambai-lambai tertiup angin. Tulip biru membius perhatian. Hati-hati aku melangkah. Ingin menatap lebih dekat. Bahkan berharap bisa memetik. Tiba-tiba kakiku terpleset dan jatuh ke jurang. Perkiraanku, jurang ini sangat dalam sebab cahaya pun tak sampai.
Aku menggapai apa saja. Sia-sia karena semua terasa semakin menjerumuskan. Jauh, jatuh, semakin dalam. Menyedot kesadaran hingga aku tak tahu apa yang terjadi selanjutnya.
berjalan dijalan setapak memang sulit, namun bertahanlah dengan segala asa yang ada. karena tujuan itu pasti :)
ReplyDeleteterus bertahan dan berusaha
ReplyDeleteterus bertahan dan berusaha
ReplyDeleteTulisanyya menyiratkam kesedihan. Semangat fika
ReplyDeleteSemangat uni Fika.. :*
ReplyDeletekok aku jadi sedih bacanya:'(
ReplyDeletettp semangat fikaa,,Aku menantikan tulisan2 selanjutnyaa^^
semangat mbak,e
ReplyDelete