![]() |
Sumber: kaskus.co.id |
Tadi malam saya dan keluarga coba-coba membeli Roti Bakar Bandung. Sama halnya seperti gadis Bandung, rotinya pun tak kalah manis. Hanya satu yang kalah dari Kota Kembang ini, yakni saat melawan Arema Cronus di Final Torabika Bhayangkara Cup. Manisnya roti bakar Bandung memang tak semanis pertandingan tadi malam.
Meski dari awal saya punya keyakinan kalau Arema yang akan keluar sebagai pemenang, tapi itu tidak menyurutkan dukungan ini terhadap tim Persib Bandung.
Dan beginilah jalannya laga sepanjang pengamatan saya semalam.
Di pembukaan, penonton disuguhkan pertunjukan polisi cilik yang apik luar biasa. Saya sampai terkagum-kagum dan histeris. Bagaimana mereka mengatur berbagai pola barisan yang membuat mata ini berbinar antusias. Ada bentuk segitiga sebagai lambang kekuatan terbesar yaitu kerjasama. Dan masih banyak lagi. Tentunya yang membuat menarik adalah karena usia mereka yang masih berkisar 8-14 tahun. Tegas tapi tetap menggemaskan. Ini sukses membuat senyum Bapak Presiden Jokowi makin lebar saja.
Setelah puas menikmati aksi polisi cilik, pertandingan pun segera di mulai.
Di detik-detik awal, Gonzales membuat heboh Aremania dengan langsung mengarahkan tendangan ke gawang I Made Wirawan. Beruntung bola masih melayang di atas mistar.
Pada menit ke 12, Atep keluar dari lapangan karena mengalami cedera di bagian mata. Tentu ini menjadi awal kerugian bagi Persib Bandung.
Kartu kuning pertama diberikan kepada Esteban Vizcarra atas pelanggarannya terhadap Yanto Basna.
Memasuki menit ke 22, Alfarizie menambah jumlah kartu kuning bagi Arema akibat handsball.
Di menit ke 30, I Made Wirawan sukses meninju bola yang melaju keras tepat ke arahnya. Meski tampil cukup gemilang, ia tetap saja kebobolan dua gol. Hal ini membuat Persib Bandung kalah 0-2 atas Arema Cronus.
Kekalahan ini mengingatkan saya akan pengalaman serupa yang dialami Semen Padang di final Jendral Sudirman Cup. Bagaimana kekecewaan telah mengoyak dada para pendukung.
Laga semalam juga berlangsung sangat panas. Puncaknya terjadi usai Yanto Basna menendang botol yang mengenai kepala Vizcarra. Secara tegas wasit memberikan kartu kuning kedua dan menyebabkan Maung Bandung harus bertanding dengan 10 pemain. Protes keras dilakukan Pelatih Dejan Antonic.
Bahkan sampai pluit tanda berakhir pertandingan dibunyikan, lagi-lagi pelatih menghadang Wasit Nusur Fadillah. Hal ini menyebabkan ia harus dikawal keluar lapangan.
Sesungguhnya akhir dari sebuah perjuangan adalah penerimaan. Menerima kekalahan dengan mental pemenang tanpa mencari-cari alasan.
Keadilan sebuah negara juga berawal dari kejujuran warga negaranya. Semoga kedepannya tidak ada lagi istilah wasit curang.
Share This :
Ini postingan tantangankah uni?
ReplyDeleteIya, Mbak. Hehe.
DeleteKejujuran itu yg utama
ReplyDeleteKejujuran adalah mata uang yang berlaku di mana-mana. ;)
Deletewah sempat nonton ya fika
ReplyDeleteNonton di TV, Mbak. :D
DeleteDan yang paling penting mbak Fika "Semoga Pak Menbola segera mentaati putusan Mahkamah Agung" sehingga kompetisi bisa bergulir lagi, bukan sekedar turnamen demi turnamen seperti ini.
ReplyDeleteSakit memang iya, tidak puas sudah tentu, tetapi warga negara yang bijak tentu patuh pada hukum.
#cabutSKmenpora
Semoga.
DeleteDan saya sudah tidak sabar untuk itu.
Kalau di Bandung ga ada roti bakar Bandung. Hehe. Waaah penyuka bola
ReplyDeleteLho, jadi gimana ini, Kang? :O
DeleteSaya semalam makan apa dong? -,-
Wah, hebat kamu Fik, tau nama2 pemain bola pula...
ReplyDeleteYang aku nggak tahu cuma isi hati kamu, Net.
DeleteMulai lagi. -_-
berasa baca liputan bola versi fikaa lebihh asikk,,
ReplyDelete^^