-->
BLANTERWISDOM101

Tanya Jawab bareng Arry Rahmawan tentang Manajemen Waktu (Bag. 1)

Halo pembaca yang beruntung!

Saat ini saya sedang bahagia sekali. Keinginan saya pada akhirnya terkabul. Alhamdulillah. Jadi kenapa saya katakan beruntung? Karena kamu akan segera membaca sesuatu yang bisa mengubah hidupmu. Paling tidak, mengubah pikiranmu.

Malam ini, untuk pertama kalinya saya mengikuti kelas online bersama narasumber Kak Arry Rahmawan. Ini adalah sesuatu yang saya idam-idamkan sejak lama. Meski awalnya sempat kecewa karena kuota sudah penuh, akhirnya penyelenggara menambah kapasitas menjadi 100 orang dan itu termasuk saya.

Tapi kebaikan yang besar ini terlalu kecil jika hanya dibaca oleh 100 orang. Harusnya bisa 1000 atau bahkan lebih. Dan juga akan terasa mubazir jika hanya tenggelam di WA apalagi sampai terlupa dari ingatan.

Sumber: arryrahmawan.net

Oh iya, untuk yang belum kenal, Arry Rahmawan adalah trainer pengembangan diri yang mendorong banyak orang untuk hidup lebih bermakna, bertumbuh, dan berdampak. Dalam kurun waktu 2 tahun terakhir, Arry telah menginspirasi lebih dari 500,000 orang melalui blognya di arryrahmawan.net dan telah membawakan pelatihan kepada ribuan orang dan pemuda untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik. (dikutip dari blog arryrahmawan.net)

Pada waktunya, takdir mempertemukan saya dengan Kak Arry dalam sebuah grup WA.

Saya telah bersabar cukup lama menantikan momen ini.

Dan kamu tidak perlu menunggu lebih lama lagi. Berikut rangkuman tanya jawab bersama Kak Arry.

Disarankan melihat video ini terlebih dahulu: http://bit.ly/1QQtSp9

Rezky: Gimana cara menghadapi enggan dan kesungkanan untuk melakukan suatu hal? Terlalu nyaman dengan zona nyaman misalkan. Padahal kita udah tau itu ga baik.

Kak Arry: cara menghadapi keengganan dan kesungkanan adalah dengan menaikkan standar diri kita. Zona nyaman adalah sebuah tanda di mana kita stuck di suatu level tertentu. Jika dibiarkan terlalu lama, itu adalah salah satu tanda bahwa hidup kita tidak berprogress signifikan.
Yang kita lakukan kemudian adalah mencari standar apa yang ingin kita tingkatkan, untuk menjadi lebih baik. Awalnya akan terasa suffer/menderita, tapi itu adalah tanda kita naik level dari sebelumnya.
Salah satu yang bisa kita lakukan untuk mendorong diri kita adalah memiliki 'sparring partner' atau teman berlomba dalam kebaikan, sehingga kita terdorong untuk berlomba dengan mereka.

Lala: saya merasa tidak memiliki potensi diri artinya hal yang sangat menonjol dari diri. Sehingga saya sendiri bingung karya besar apa yang bisa saya buat dalam hidup saya. Pertanyaannya, apakah bisa saya menargetkan karya besar jika saya sendiri berpikir bahwa saya tidak memiliki potensi diri?

Kak Arry: terima kasih atas pertanyaannya. By default, Allah (Tuhan) menciptakan setiap manusia memiliki potensi besar dan unik. Tugas kita adalah menemukan dan mengeluarkannya sebaik mungkin. Hal yang menentukan besar kecil keluarnya potensi diri adalah PIKIRAN DAN KEYAKINAN DIRI KITA.
Ada sebuah contoh kisah dari seseorang bernama Nick Vujicic, dia terlahir tanpa tangan dan kaki. Awalnya dia mau bunuh diri, tapi kemudian pikirannya berkata bahwa dia istimewa, akhirnya dia betul-betul bisa berkarya dengan keterbatasannya.
Jadi intinya, sebelum kita mau berkarya besar, kita perlu berpikir besar dan yakin bahwa diri kita bisa.

Wahyu: bagaimana contoh jadwal Kak Arry dalam satu hari? Misalnya hari ini?

Kak Arry: Jadwal normal saya terdiri dari 6-7 jam tidur, 2-3 jam belajar, 10-14 jam berkarya. Ibadah khusus (shalat, ODOJ, dll) sekitar 2-3 jam sehari.

Wandi: Assalamualaikum. Bulan lalu saya sudah membuat list apa apa saja yang menjadi prioritas untuk saya dalami dan karyakan. Selama satu minggu rutinitas tersebut dapat saya patuhi namun jelang minggu kedua hingga sekarang konsistensi terus berkurang. Bagaimana cara terbaik untuk konsisten?

Kak Arry: Pertanyaan bagus. Hal yang biasa saya lakukan agar konsisten biasanya mencari tahu 'faktor why' atau mengapa kita harus melakukan itu. Juga kita memikirkan hal terburuk apa yang terjadi jika kita menunda-nunda melakukan itu. Terkait ritme yang tidak rutin, menurut saya kita boleh beristirahat sejenak dari rutinitas, namun kemudian kita memulai kembali kebiasaan tersebut.
Jujur saja, kadang konsistensi juga jadi masalah untuk diri saya. Namun ketika inkonsistensi datang, saya coba kembali bertanya, "Apa pentingnya saya melakukan ini? Apa manfaatnya buat saya? Mengapa saya HARUS melakukan itu?" Jika sudah ketemu faktor WHY nya, maka kita akan melakukannya kembali. Ibarat Hp, faktor WHY ini adalah CHARGER-nya.
"WHY" bukan berarti harus untuk kepentingan kita sendiri. Bisa juga faktor why itu kita melakukannya karena Allah, karena istri dan anak kita, atau karena orang tua kita. Sehingga daya dorongnya lebih besar karena tidak melulu tentang diri sendiri.

Ayuk: Dalam hal memaksimalkan produktifitas harian kita, terkadang kita mengalami hambatan dan hambatan itu tidak jarang datang dari tim/kolega yang bekerjasama dengan kita. Pertanyaannya bagaimanakah cara kita tetap memaksimalkan produktifitas harian kita agar tetap berjalan di saat tidak ada respon yang baik dari tim/kolega yang bekerja sama dengan kita? Dan bagaimana cara kita untuk menghilangkan rasa jenuh yang kadang timbul di saat kita menunggu respon dari tim/kolega? Terima kasih

Kak Arry: Pertanyaan bagus! Pertama, kita bisa mulai melakukan kesepakatan dengan kolega bahwa kerja kita fokus pada output, jadi yang penting adalah hasil. Kita komunikasikan dan sepakati bahwa akan ada reward dan punishment bagi mereka sesuai dengan output yang mereka hasilkan.
Jadi intinya adalah kita mengajak komunikasi tatap muka, kita buat kesepakatan-kesepakatan, dan next time jika ada yang melanggar atau menghambat satu sama lain siap menerima konsekuensinya. Bahkan, bisa jadi konsekuensinya adalah dikeluarkan dari tim.
Jadi mulailah untuk memperjelas hak dan kewajiban masing-masing orang, apa saja job desc dan tanggung jawabnya, serta reward dan punishment berdasarkan output yang mereka hasilkan.

Eva: Mas Arry gimana cara menangggapi dan menghadapi orang yang lebih tua dan posisi beliau saat ini dosen. Beliau memberikan kode tidak menyukai tindakan kita untuk melakukan bahkan melanjutkannya pun ia tidak suka. Tapi yang jadi permasalahannya tindakan yang kita lakukan itu baik, positif. Itu bagaimana?

Kak Arry: kalau saya lihat, dosen Anda ini perhatian dan tidak ingin Anda mengalami celaka (di mana sangat rawan untuk perempuan yang masih di luar saat malam) atau bisa juga takut aktivitas kuliah Anda terganggu. Solusinya, Anda coba yakinkan dosen Anda bahwa dia tidak perlu khawatir dan coba Anda buktikan bahwa semua yang dikhawatirkan oleh dosen Anda baik-baik saja. Dia memerlukan bukti yang nyata dari Anda.

Share This :
Fika AJ

Blogger, Writer, Translator.

4 komentar

Berikan komentar dan dapatkan kunjungan balik

  1. Bermanfaat sekali Fika.
    Ditunggu session berikutnya

    ReplyDelete
  2. Bermanfaat sekali Fika.
    Ditunggu session berikutnya

    ReplyDelete
  3. terimakasih banyak utk sharingnya ya mba Fika ^_^
    garis besar ini
    "Jadi intinya, sebelum kita mau berkarya besar, kita perlu berpikir besar dan yakin bahwa diri kita bisa"

    ReplyDelete
  4. Trima kasih kak arry. Tanya jawabnya sangat bermanfaat.

    ReplyDelete