-->
BLANTERWISDOM101

Berteman dengan Takdir

Source: Pixabay
Sudah berbilang tahun,  saya dibuat galau oleh nasib blog ini. Kalender-kalender telah berganti, tetapi tidak ada yang baru di sini. Padahal pertanyaan tentang mau dibawa ke mana blog ini sudah lama menemukan jawaban. Hanya saja ia tak kunjung dieksekusi.  Tersandung oleh niat yang masih separuh hati. Tetapi kehidupan sepertinya terus memaksa  saya untuk lekas menunaikan.  Karena barangkali ini bisa berguna. Dengan kata bismillah,  saya ingin berbagi petualangan mengaruhi kehidupan. Semoga menyimpan berkah untuk saya dan mampu menebar manfaat untuk sesama. (Semoga Allah ridho dengan apa yang saya lakukan.)

Setiap insan dihadapkan dengan takdir yang berbeda-beda.  Tidak ada yang lebih beruntung atau lebih malang.  Karena semua telah ditakar dengan sangat cermat oleh Allah yang Maha Teliti. Tidak ada ciptaan yang sia-sia. Tidak ada takdir yang merugikan manusia. Selalu ada alasan luar biasa, bahkan meski hanya dibalik jatuhnya sehelai daun di dalam hutan lebat pada malam yang gelap. Maka mustahil kalau kehidupan kita ini hanyalah kumpulan detik-detik yang harus dihabiskan.

Tak ubahnya apa yang saya hadapi.  Meski pada pertama kalinya serupa dunia terbalik,  serasa bumi bergoncang. Lalu pada waktu berikutnya harus belajar menerima. Belajar meniti sabar walau mengeluh jauh lebih mudah.  Kehidupan saya bukanlah kehidupan yang paling berat.  Layaknya mata pelajaran di sekolah,  masing-masing mengajarkan hal yang berbeda tetapi sama-sama bertujuan mendidik. Seperti itu juga pelajaran-pelajaran kehidupan.  Bentuknya beragam tetapi tujuannya sama-sama Tuhan.

Tidak pernah sekali pun terpikir oleh saya akan hidup dengan Anxiety. Sebuah istilah yang baru saya ketahui setahun belakangan. Sebelumnya saya bahkan tidak tahu kalau ada penyakit semacam itu.  Ya,  penyakit. Lebih tepatnya penyakit psikologi. Meski sebenarnya dari kecil, sudah merasakan ada yang aneh pada diri saya. Seiring saya tumbuh dewasa,  hal yang tak biasa itu juga turut serta tumbuh.

Mula-mula saya berpikir bahwa sayalah satu-satunya orang di dunia yang mengalami ini. Sesuatu yang menggerogoti pikiran yang tak pernah bisa dijelaskan. Saya menjalani kehidupan dengan menyimpannya rapat-rapat. Bahwa mungkin tidak ada yang mau mendengar atau peduli.  Sebab ia terlalu aneh untuk dibahasakan. Saya harus menangis di kamar mandi atau tengah malam agar tidak ada yang tahu. Saat itu hanya ketidak pahaman dan ketidak terimaan yang saya miliki.

Generalized Anxiety Disorder (GAD)  dan Social Anxiety Disorder (SAD)  adalah takdir yang harus saya terima. Dua hal yang membuat saya seperti orang  gila. Sebenarnya istilah itu cukup berlebihan. Tetapi saya tidak menemukan kata lain. Seperti yang telah saya jelaskan bahwa keadaan ini sulit didefinisikan.  GAD menjadi penyebab saya takut mati, tetapi SAD menjadi alasan saya menginginkan kematian.  GAD membuat saya ingin ke luar rumah,  berpetualang ke mana saja.  Sebaliknya SAD membuat saya ingin mendekam di kamar dalam kesendirian.

Tidak sampai di situ saja.  GAD memiliki sahabat dekat yang tak dapat dipisahkan darinya, yaitu GERD (Asam lambung).  Mereka seperti siklus yang saling berhubungan dan mempengaruhi. Tadinya saya menganggap penyakit sejuta umat tersebut adalah penyakit remeh temeh.  Toh, saya sudah memiliki riwayat maag dari SD. Tidak ada yang perlu dirisaukan. Tetapi ternyata ketika dihadang dua sekawan ini (GAD dan GERD) sekaligus, saya kelimpungan juga. Mereka benar-benar saling mendukung satu sama lain, melebihi solidnya persahabatan dua umat manusia.

Namun Allah menciptakan medan perang bukan untuk dihindari. Jalan yang Dia hamparkan adalah untuk dilalui. Apa pun yang tengah dihadapi saat ini adalah sebuah ladang jihad.  Yang apabila disikapi dengan benar,  sesuai kehendak-Nya, akan mampu menghidupkan jiwa,  membersihkan qalb,  serta menuntun kita untuk semakin dekat dan mengenal-Nya.

Ini adalah tulisan pembuka.  Sebagai latar belakang tentang apa yang (Insya Allah) akan saya bahas di sini kedepannya. Bagaimana hidup dengan GAD,  SAD, dan GERD. Bagaimana harus berjuang dan bertahan. Apakah mungkin untuk sembuh. Sebagai penutup,  ada satu nasehat yang selalu saya ingat, 
"Kita boleh kehilangan apa pun di dunia ini, tapi jangan pernah kehilangan kepercayaan pada Allah". Percaya bahwa kita selalu dalam genggaman tangan-Nya Yang Maha Baik. Semoga Dia memampukan kita untuk menerima takdir,  karena sepahit apapun ia adalah obat yang menyehatkan jiwa. 

Share This :
Fika AJ

Blogger, Writer, Translator.

2 komentar

Berikan komentar dan dapatkan kunjungan balik