-->
BLANTERWISDOM101

Inilah Penyebab Kamu tidak Produktif dan Sulit untuk Meraih Kesuksesan

Sumber: pixabay

Sebuah fakta menunjukkan bawah 92% manusia tidak mampu mewujudkan impian mereka. Artinya sekitar 6,5 miliar penduduk dunia menjalani hidup dengan mengubur impian mereka. Kenapa itu bisa terjadi? Karena impian dan kesuksesan dipengaruhi oleh kebiasaan sehari-hari. Apakah berleha-leha atau bekerja keras. Apakah bermain-main atau serius. Padahal ingin produktif tapi kenapa rasanya sulit sekali? Padahal ingin sukses tapi kenapa rasanya tidak mungkin? 

Life doesn't give you what you want it gives you what you work for

Ingatkah saat kamu berniat mengerjakan sesuatu tetapi malah mendapati dirimu online di sosial media selama berjam-jam? Ingatkah saat kamu hanya ingin membalas sebuah pesan tetapi malah kebablasan chattingan selama dua jam? Saya tidak akan menanyakan pernah atau tidak pernah, karena saya tahu kita semua pernah. Sedikit menyesal tetapi nanti pasti akan mengulanginya lagi. Saya merasa 10 tahun yang lalu kita lebih produktif. Kemajuan teknologi yang semula bertujuan untuk  mempermudah pekerjaan manusia sebaliknya malah menjadi faktor penghambat dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

Kita sebenarnya sadar bahwa kita ketergantungan smartphone. Tidak dapat dipungkiri bahwa benda ini merupakan sebuah kebutuhan. Bahkan setiap pagi kebanyakan orang dibangunkan oleh alarm dari handphone mereka. Akan sangat sulit jika harus hidup tanpa gadget di jaman sekarang ini. Tetapi produktivitas kita menjadi taruhannya. Semakin maju teknologi, semakin banyak distraksi yang kita terima. Ia memang memudahkan tetapi juga melalaikan. Sebuah dampak yang tidak bisa dihindari tetapi masih bisa diatasi.

Menjauhi teknologi tentu bukanlah solusi yang tepat. Kita bukan saja menghentikan gangguannya namun juga memutuskan semua manfaat yang bisa didapat.

Jadi untuk dapat mengatasinya, kita harus mengetahui terlebih dahulu bagaimana sebenarnya teknologi memengaruhi otak kita.

Hal pertama yang perlu diketahui adalah bahwa manusia memiliki dua jenis aktivitas. Aktivitas yang bersifat produktif dan aktivitas yang bersifat konsumtif. 

Aktivitas yang bersifat produktif meliputi segala hal yang diraih dengan membutuhkan usaha dan berakhir dengan menghasilkan sesuatu. Misalnya, menulis (menghasilkan karya), membaca buku (memperoleh pengetahuan baru), berolahraga (membuat tubuh lebih sehat), memulai bisnis (memperoleh pendapatan), dan belajar keterampilan baru (menjadi mahir).

Aktivitas yang bersifat konsumtif meliputi semua aktivitas konsumsi yang ditandai dengan kegiatan menikmati sesuatu tanpa menghasilkan apa-apa. Misalnya bermain sosial media, menonton tv/youtube, berbelanja, bermain games, chattingan berjam-jam, dan masih banyak lagi.

Aktivitas-aktivitas yang bersifat produktif biasanya akan memicu semangat, gairah, dan berakhir dengan kepuasan. Sementara aktivitas-aktivitas yang bersifat konsumtif akan mengakibatkan kecanduan, memunculkan kenikmatan sesaat, dan seringkali berujung pada penyesalan. 

Kebanyakan manusia terjebak dalam perilaku konsumtif sehingga hal-hal produktif menjadi tidak menarik lagi. Ini terjadi karena hal-hal yang bersifat konsumtif sangat mudah dilakukan dan tidak memerlukan usaha yang besar. Rebahan dan bermain gadget tidak membutuhkan tenaga sebanyak ketika harus berolahraga. Membaca status orang lain di sosial media tidak membutuhkan konsentrasi yang tinggi seperti saat ketika membaca buku pelajaran.

Selain itu, kegiatan-kegiatan konsumtif ini juga menghasilkan kadar hormon dopamine yang sangat tinggi. Dopamine adalah hormon yang memunculkan rasa bahagia. Ketika seseorang terbiasa dengan tingkat dopanime yang tinggi, maka otaknya tidak akan bisa lagi bereaksi terhadap aktivitas dengan tingkat dopamine yang rendah. Contohnya seperti ketika kamu bermain games dan sampai pada level 15, maka level 1 akan menjadi sangat membosankan untuk dimainkan kembali.

Tetapi bayangkan jika kamu tidak memainkan games tersebut selama 1 tahun. Kamu juga mereset pengaturannya sehingga semua level terkunci dan hanya tersisa level 1. Kira-kira apa yang terjadi? Keseruan di level 15 tadi akan menghilang dalam ingatanmu dan kamu mulai menikmati permainan di level 1 lagi.

Maka yang harus dilakukan adalah 'mengatur ulang' standar dopaminemu supaya level yang terlampau tinggi tadi menjadi 'terkunci' kembali. Caranya yaitu dengan berhenti menuruti keinginan-keinginan yang selalu bersifat konsumtif. Jangan khawatir jika hari-harimu menjadi membosankan karena memang itulah tujuannya. Sebab di saat seperti itulah aktivitas yang awalnya tidak disukai akan mulai menarik untuk dilakukan. Pada akhirnya, kegiatan produktif dengan tingkat hormon dopamine yang rendah akan cukup menyenangkan bagimu. 

Tetapi ingat, selama kamu masih kecanduan terhadap sesuatu, akan sangat sulit bagimu untuk bisa produktif dan meraih kesuksesan. Sekarang apakah kamu ingin menjadi bagian dari 92% atau 8%, pilihan ada di tanganmu.

Share This :
Fika AJ

Blogger, Writer, Translator.

0 komentar

Berikan komentar dan dapatkan kunjungan balik